Halo, Siapa Namamu? : a flash fiction

“Pagi ini hujan lagi” ujarku sambil menggerutu dan melirik papan selancar di sebelahku yang sudah 3hari tidak bertemu ombak. Aku benci musim hujan.
Aku terduduk termangu di teras belakang villa yang langsung menghadap ke pantai. Langit kelabu, ombak pun kacau balau dihujam rintik-rintik hujan yang meninggalkan ribuan percikan diatas air. Ahh…kenapa langit menghianatiku lagi pagi ini.

Sambil melamun, tanpa sengaja aku menoleh ke beranda villa sebelah. Seorang gadis berkulit kuning langsat duduk disana, sepertinya ia baru datang untuk liburan. Rambutnya hitam tergerai panjang melewati bahunya.
Berbeda denganku yang menggerutu menatap pada hujan, gadis ini tersenyum menatap langit dan hamparan pantai yang dibasahi rintik-rintik hujan. Tatapannya damai seakan sedang bercengkrama dengan alam. Sepertinya, ia seumuran denganku.

***

Matahariku datang lagi. Aku berseru senang bergegas menuju pantai sambil membawa papan selancar kesayanganku, hadiah dari Ayah.
Tampak dari kejauhan seorang gadis berdiri di tepi pantai mengenakan celana pendek berwarna krem dan blus tipis berwarna putih. Sesekali membidik pemandangan sekitar dengan kameranya. Mata kami bertemu. Bola matanya jernih dan tatapannya ramah. Ah, gadis yang kemarin.
Cantik.
Aku tersenyum.

***

Hari ini, hari kelima sejak kedatangan gadis itu.
Aku duduk diatas papan selancar yang bergerak digoyang ombak. Mataku terus memperhatikan gadis itu. Ia tertawa di pinggir pantai bersama anak-anak penduduk sekitar yang hari ini menjadi objek fotonya. Lincah dan bersemangat sekali. Sepertinya ia cinta fotografi, sama seperti aku mencintai ombak di pantai ini.
Sepertinya aku mulai tertarik padanya.
Ia menatap ke arahku lalu mengambil kameranya dan membidiknya kearahku. Jahil juga ternyata, pikirku.
Aku tersenyum. Ia tersenyum.

***

Sore hari.
Aku baru saja kembali dari berselancar, saat menuju ke villa kulihat gadis itu duduk di pinggir pantai, sendirian. Kamera disampingnya. Ah, pasti ia menunggu matahari terbenam untuk diabadikan.
Aku pikir aku harus mengenalnya. Ia terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja. Aku berlari menuju villa untuk meletakkan papan selancar.
Perlahan aku berjalan ke arah gadis itu. Mengumpulkan keberanian untuk menyapanya.

Aku berdiri dihadapannya. Tersenyum kepadanya. Ia masih mengotak atik kamera.

“Halo, siapa namamu?” Ujarku sambil menjulurkan tangan.

Gadis itu berdiri. Menatapku…, tersenyum. Senyumnya cantik sekali.

“Tasyaaa ayo masukk… Anak gadis jangan melamun sendirian di pantai magrib-magrib begini.” Teriak seorang wanita dari beranda vila tempat gadis itu tinggal.

“Sebentar bu, foto sunset dulu.” Usai membidikkan kameranya, ia lalu menyambar tas kamera dan berlari menuju vila.

Tasya. Nama yang cantik.

***

“Ibu, yang tinggal di villa sebelah itu siapa?”

“Villa itu sudah lama kosong, Tasya. Pemiliknya teman lama ayahmu. Sudah tidak pernah ditinggali sejak anaknya hilang saat berselancar di pantai ini.”

“Namanya Reno. Kalau masih hidup mungkin sebaya dengan kamu.”

“Oohh… Sayang ya bu, villanya dibiarkan kosong. Padahal villanya bagus.” ujar tasya sambil membidikkan kameranya ke arah villa tersebut.

“Jadi…nama kamu Reno” ujar Tasya dalam hati sambil memandang seorang anak laki-laki dengan papan selancarnya.

5 thoughts on “Halo, Siapa Namamu? : a flash fiction

  1. Pingback: [#15HariNgeblogFF] Daftar tulisan judul [1] Halo, siapa namamu? « Philophobia

Leave a comment