The Raid : Redemption (A Review)

“Selamat bekerja dan bersenang-senang” – Tama

Sekali lagi, Gareth Evans-sutradara asal USA-yang sejak dulu sepertinya memang tergila-gila dengan aksi seni beladiri silat, menyajikan aksi pencak silat melalui layar bioskop. Setelah kemunculan Merantau beberapa tahun lalu, Evans kembali membuat film serupa dengan kualitas yang jauh lebih spektakuler melalui The Raid : Redemption. Sebuah film yang mengejutkan penikmat film sejak pemutaran perdananya di INAFF saat masih berjudul Serbuan Maut (sayang saya tidak sempat nonton saat itu), film yang memenuhi timeline saya dengan obrolan tweet super heboh tanpa henti sampai saat ini, film yang juga (katanya-saya sih blm sempet liat statistiknya) membuat heboh penikmat film di USA. Film yang membuat banyak penonton di Indonesia-yang sesungguhnya bukan penikmat film Indonesia krn sering dikecewakan-akhirnya nekad menguji nyali dan ekspektasinya lalu memutuskan untuk menonton film ini.

Menceritakan tentang misi penyerbuan rahasia oleh tim SWAT, yang dipimpin oleh sersan Jaka (Joe Taslim), ke sebuah apartemen kumuh yang menjadi sarang penjahat-penjahat dan gembong narkoba paling berbahaya, memiliki lapis-lapis pertahanan yang sangat kuat di tiap lantainya. Target utama misi ini adalah Tama (Ray Sahetapy) pimpinan gembong narkoba yang sangat sadis.
Untuk mencapai tempat Tama, di puncak apartemen itu, Sersan Jaka dan pasukannya harus melalui tiap level lantai demi lantai yang menyimpan kejutan-kejutan yang pastinya tidak menyenangkan. Perlawanan keras dari pendukung Tama membuat misi penyerbuan ini justru menjadi sebuah misi bunuh diri. Dimana satu per satu personel pasukan jatuh, terbunuh dengan sadis, diseret seperti binatang. Sehingga pada akhirnya, misi penyerbuan ini bukanlah lagi hanya soal bagaimana menangkap Tama, tetapi bagaimana mereka dapat keluar dari ‘neraka’ itu dalam keadaan masih bernyawa.

Film ini dibuka dengan adegan gerakan dasar seni bela diri yang menampilkan ketangkasan dan kecepatan dari seorang Rama (Iko Uwais)-seorang anggota polisi dengan segala kesederhanaannya. Suami yang mencintai istrinya dan seorang calon ayah. Dengan wajah humble ala Iko Uwais, memang cocok memerankan tokoh Rama, dan dalam seketika membuat saya jatuh cinta dengan kesederhanaan tokoh ini. Pemilihan tokoh utama yang tepat-menurut saya. Karakter yang dengan mudah mencuri hati penontonnya sejak awal film.

Kemudian ada Tama (Ray Sahetapy), dengan gayanya yang sangat santai. Namun ternyata dibalik sikapnya yang santai Tama adalah penjahat yang sangat sadis dan tidak berperasaan. Dengan pembawaannya yang tenang dan cenderung santai itu, Ray Sahetapy justru berhasil menampilkan sosok pemimpin yang kejam. As if, its okay for Tama to take someone else’s life. Seakan-akan hal itu adalah rutinitas harian biasa. Jangan lupa aksi beladiri Yayan Ruhian, yang berperan sebagai Mad Dog. Well, indeed he fought and kill just like a ‘MadDog’.

Walaupun sejak awal film ini telah menampilkan aksi bela diri yang mengagumkan, namun paling tidak justru di awal film-lah kita masih bisa mengambil nafas dengan agak tenang. Kenapa? Karena selanjutnya nafas anda akan dibuat memburu atau bahkan tersengal-sengal. Terlalu banyak adegan perkelahian, dengan berbagai macam senjata, yang (mungkin) bisa membuat lupa bernafas. You name it! senjata api, senjata tajam, tangan kosong bahkan patahan-patahan perabot bisa menjadi alasan nyawa melayang dan memercikkan darah ke mana-mana, dengan cara, yang tidak disangka-sangka. Jangan harap anda bisa menebak kemana senjata akan mengarah atau bagaimana perkelahian akan dimulai dan berakhir. Karena tiap aksi perkelahian di film ini, menurut saya, unpredictable. Iya, sadis memang dan sangat berdarah-darah.
Namun dibalik semua kekerasan yang ditampilkan, Evans masih berbaik hati untuk menyelipkan dialog-dialog yang membuat saya tidak kuasa menahan tawa sekaligus miris. Iya miris, krn tertawa namun sekaligus ngeri karena dialog itu muncul di tengah2 adegan sadis.

Mungkin memang ceritanya sederhana dan sangat minim dialog. Hampir keseluruhan film ini berfokus pada adegan bela diri tanpa henti. Tapi memang, menurut saya, justru dengan cara inilah film ini bisa menjadi efisien dan tentu saja didukung dengan scoring yang oke. Sehingga lebih mudah membawa fokus penonton untuk terpukau dengan sajian action tanpa harus terbawa pada drama yang menye-menye.

This is a non-stop-combat action that thrilled every heartbeat and every breath. Very very magnificient. Suprisingly well twisted – up beyond my expectation. This is a suprise!
The Raid:Redemption is a movie that will give you a challenging experience through action acts. This movie is a challenging experience that you don’t want to miss.

Director : Gareth Evans
Screen Writer : Gareth Evans
Casts : Iko Uwais, Ray Sahetapi, Yayan Ruhian, Joe Taslim

(Score : 8/10)

2 thoughts on “The Raid : Redemption (A Review)

Leave a comment